Jangan Asal Ikut Rekomendasi Saham! Harus Independen! (Part 1) | Kunci Sukses Investasi dan Trading (Eps 2)
Kalian yang udah pernah coba investasi dalam bentuk apapun itu, crypto, saham, forex dan lain sebagainya. Pas awal nyoba investasi apa yang kalian lakukan? Apakah kalian nyari rekomendasi koin apa yang harus dibeli? Rekomendasi koin apa yang harus dibeli? Nonton Youtube, nyari influencer supaya dapet petunjuk saham apa yang harus dibeli? Ya saya rasa sebagian besar orang melakukan hal itu
Seperti yang ada di judul, kunci sukses investasi dan trading yang kedua adalah jangan asal ikutin rekomendasi saham dari siapapun. Seberapa hebat pun orangnya. Entah itu Warren Buffett, atau yang katanya Warren Buffett-nya Indonesia, Lo Kheng Hong, atau temennya Lo Kheng Hong, Lukas Setiaatmadja, atau orang yang katanya bisa dapet cuan 100% 200% atau lebih, atau siapapun itu. Ga ada yang bisa menjamin bahwa saran, pendapat atau rekomendasi dari siapapun itu akan menghasilkan keuntungan untuk anda. Hanya karena mereka bisa dapet untung bukan berarti kita bisa ikut begitu saja. Kenapa seperti itu? Mungkin sebagai gambaran simple-nya. Kutipan dari film tentang saham "The Wolf of Wallstreet" bisa kalian simak.
"Tidak ada yang tahu, saya ga peduli apakah itu Warren Buffett or Jimmy Buffett, ga ada yang tahu, apakah saham akan naik, turun atau muter-muter" - Mark Hanna (Matthew McConaughey) berkata kepada Jordan Belfort (Leonardo DiCaprio)
Karena tidak ada yang tahu akan kemana arah harga saham, maka hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah melakukan riset dan analisa secara independen atau Do Your Own Research (DYOR).
Kalo ga bisa riset dan ga tau apa-apa trus gimana caranya bisa independen?"
Bisa kok sebenernya kalo emang niat mau belajar. Yang penting niat belajar aja dulu. Ga perlu langsung targetin dapet cuan gede. Nanti kita juga belajar deh soal cara melakukan analisis dan riset saham di channel ini. Makanya subscribe dan follow akun-akun kita ya.
Kembali lagi ke topik artikel.
Mungkin wajar jika memang ketika kita baru belajar investasi saham, trading saham, atau yang lainnya seperti crypto, bitcoin, forex dan sebagainya. Maka hal alami yang terjadi adalah kita akan mencari tau adalah harus membeli apa. Tapi, sesungguhnya hal yang benar untuk dilakukan bukan mencari tau saham apa yang terbaik bisa bisa bikin cuan, melainkan bagaimana cara mencari saham yang bisa menghasilkan keuntungan.
Kalo kita hanya berusaha cari tau saham apa yang bisa bikin cuan, lalu ada orang yang kasih rekomendasi, maka kita tidak bisa mengukur risiko saham tersebut dan bagaimana cara mengantisipasi risiko tersebut. Satu hal yang harus diingat: investasi dalam bentuk apapun itu bukan hanya berfokus kepada cara mencari cuan atau keuntungan, tapi yang lebih penting adalah cara mengukur dan mengantisipasi risiko.
Contoh yang terjadi ketika asal ikut beli tanpa berfikir independen
Untuk mempermudah pemahaman, saya akan sedikit bercerita case study apabila kita asal ikutan beli berdasarkan rekomendasi atau pom-pom
Minggu lalu ada IPO saham PT. Wijaya Cahaya TImber, Tbk. (FWCT) saya pribadi kurang perhatikan saham ini. Saya baca cuma sekilas aja. Bisnisnya itu industri kayu lapis atau plywood. Ya mungkin cukup bagus bisnisnya. Tetapi saya belum analisis secara mendalam saham tersebut karena masih fokus analisis saham lain. Nah tiba-tiba di beberapa forum dan komunitas, ada yang rekomendasikan saham ini. Malah bisa dibilang bukan rekomendasi. Lebih ke promosi atau pom-pom. Orang itu bilang kalo saham FWCT itu bakal ARA (auto reject atas) alias sahamnya naik tinggi ke level maksimalnya. Dan dengan kata-kata yang sama persis. Ya semacam copywriting dan dikirim ke banyak grup komunitas saham. Entah berapa banyak komunitas yang mereka kirimi tulisan pom-pom tersebut.
Kalo ada pemula yang baca dan ga berfikir independen maka kemungkinan mereka akan langsung mengikuti pom-pom dan beli sahamnya. Dan apa yang terjadi kalo mereka ikuti pom-pom saham FWCT tersebut dan ikut membeli saham FWCT? Realitanya kalian bisa lihat sendiri di grafik saham FWCT ini:
Harga IPO di harga 118, kalo jual di 206 berarti dapet cuan hampir 2 kali lipat? Ya betul itu kalo misal dapet di harga 118. Masalahnya, kalo ga ikut beli pas masa penawaran awal (Book Building) atau pas penawaran umum itu dapetnya ga di harga 118. Kalo belinya pas di hari pertama perdagangan berarti beli di harga 150, dan itupun kalo dapet. Kalo ga dapet di hari pertama berarti beli di hari kedua di harga 190. Oke kalo beli di harga 190 dan berhasil jual di harga 206 ya lumayan lah untungnya, tapi kalo ga berhasil terjual di harga 206? harga sahamnya langsung turun ke 148. Trus besoknya turun lagi, lalu turun lagi sampe ke harga 118. Bukannya dapet untung malah rugi hampir 50%.
Comments
Post a Comment