Portofolio Saya : Kalah Terhadap IHSG di Kuartal Kedua
Pada kuartal kedua ini, istilah "sell on may and go away" yang sudah familiar terdengar di kalangan investor saham membuat kita bertanya-tanya,"apakah IHSG akan terkoreksi?". Biasanya di bulan Mei para investor menjual sahamnya untuk kemudian menggunakan uang tersebut untuk liburan musim panas sehingga mengakibatkan tekanan jual yang membuat harga saham kebanyakan mengalami penurunan. Tapi itu kan di luar negeri yang memiliki empat musim dan libur panjang saat musim panas. Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Kebetulan di tahun ini, bulan Ramadhan yang biasanya orang-orang berbelanja untuk persiapan merayakan Hari Raya Idul Fitri, jatuh di bulan Mei dan ldul Fitri di bulan Juni, sehingga kemungkinan banyak orang akan menjual sahamnya untuk belanja baju, makanan, dan sebagainya untuk lebaran. Tapi nyatanya "sell on may" ini tidak berlaku pada bulan Mei - Juni kemarin. IHSG bukannya terkoreksi malah justru terus mencetak rekor terbarunya. Dan IHSG sekarang berada di posisi Rp. 5.829,71 pada penutupan tanggal 22 Juni kemarin. Kenapa bisa seperti itu? Saya tidak tahu kenapa. Tetapi yang jadi pertanyaan adalah bagaimana kinerja portofolio saya di bulan April - Juni ini? Saya akan menceritakannya pada tulisan kali ini.
Saham-saham pilihan
Pada kuartal pertama, saya menceritakan portofolio saya dimana hanya terdapat dua saham dan tidak cukup terdiversifikasi. Setelah itu saya terus menabung dan mengumpulkan modal hingga akhirnya saya bisa sedikit mendiversifikasi portofolio saya. Saham apa saja yang mengisi portofolio saya?
Itulah enam saham yang mengisi portofolio saya. Sebenarnya bisa dibilang hanya lima saham yang benar-benar saya beli. Karena saham PT. Smartfren Telecom, Tbk. (FREN) saya beli hanya karena saya senang dengan produknya dan saya penasaran ingin ikut RUPS FREN. Fundamental FREN tidak bagus dan masih mengalami kerugian. Tidak perlu dibahas lebih lanjut.
Saya menambah posisi saham PT. Ekadharma International, Tbk. (EKAD), karena setelah saya mendatangi RUPS EKAD saya semakin yakin dengan saham ini. Seperti yang sudah saya bahas di tulisan analisa fundamental EKAD, bisnis yang stabil, prospek yang cukup bagus, track record yang bagus, brand Daimaru yang baik dan aspek lainnya yang sudah dibahas membuat EKAD layak untuk dibeli dan dipegang dalam jangka panjang.
Untuk saham PT. Lippo Cikarang, Tbk. (LPCK), saya mengurangi porsinya. Saya menjual sebagian saham LPCK di harga Rp. 4.710,- pada saat orang-orang ramai membicarakan tentang proyek baru Meikarta yang sedang digarap oleh LPCK. Kenapa saya jual? saya jual bukan karena saya tidak yakin dengan proyek Meikarta. Hanya saja kebetulan pada saat saya ingin mengatur ulang portofolio (rebalancing) portofolio saya, harga saham LPCK naik lumayan tinggi, jadi beruntung saya mendapatkan momentum untuk menjual LPCK dan saya bisa mendiversifikasi portofolio saya. Diversifikasi itu penting karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Menaruh uang hanya di satu saham itu berbahaya, oleh karena itu saya menjual sebagian saham LPCK dan membeli saham pilihan lainnya. Tapi seperti gambar di atas, LPCK masih mendominasi portofolio saya.
PT. Erajaya Swasembada, Tbk. (ERAA) ini merupakan saham yang juga menarik perhatian saya. Ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang ritel Gadget seperti Tablet, Laptop, Smartphone dan lainnya termasuk penjualan pulsa. Jika anda pernah melihat atau membeli hp di gerai Android Nation, iBox, atau Erafone di Mall, itu adalah gerai milik ERAA. Cukup menarik karena bisnis Gadget sedang berkembang pesat. Dari segi fundamental, ERAA tidak terlalu bagus, Marjin Laba dan ROE dibawah 10%, namun dari segi valuasi cukup menarik dengan PER 7,92 dan PBV 0,61 serta PEG sebesar 1,16. Cukup menarik untuk dikoleksi, namun hanya sedikit porsinya di portofolio saya karena saham yang lain lebih menarik untuk dikoleksi.
Selanjutnya PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk. (CEKA) juga menjadi saham pilihan untuk mengisi portofolio saya. Perusahaan ini adalah produsen minyak kelapa sawit khusus untuk bahan pembuat coklat dan mentega kakao (cocoa butter). Bisa dibilang bisnisnya cukup stabil karena mereka sudah memiliki pelanggan tetap seperti produsen kue, roti, dan sejenisnya. Sempat mengalami penurunan laba pada tahun 2014, namun di tahun 2015 dan 2016 pertumbuhannya sangat bagus. Rata-rata pertumbuhan pendapatan dan laba dalam 5 tahun terakhir di atas 20%. Marjin laba masih dibawah 10% dan ROE rata-rata 5 tahun terakhir di atas 10%. Kondisi keuangan yang sehat dengan hutang yang semakin berkurang. Valuasinya juga menarik dengan PER 3,6 dan PBV 1 serta PEG sebesar 0,2. Itulah mengapa saya membeli CEKA. Layak untuk dibeli dan dipegang dalam jangka panjang.
Lalu, saham pilihan selanjutnya adalah PT. Inti Bangun Sejahtera, Tbk. (IBST) yang sudah saya bahas dalam tulisan analisa fundamental IBST. Seperti yang sudah dibahas dalam tulisan tersebut, model bisnis dan juga prospek yang bagus membuat saham ini menarik. Dan secara keseluruhan fundamental dan valuasi pun juga bagus. Sepinya transaksi di saham ini juga menjadi hal yang menarik untuk beberapa investor yang mencari saham yang tidak likuid seperti saya. Jadi tidak ragu lah saya menggunakan rejeki THR yang saya dapatkan kemarin untuk membeli lagi saham ini.
Itulah saham-saham pilihan dalam portofolio saya. Apakah hanya itu saham yang menjadi pilihan saya? Tidak juga. Ada beberapa saham yang saya masukkan dalam watchlist saya seperti SMSM, MIKA, SCCO, ICBP, TLKM, AISA, ROTI dan lain-lain. Tapi sejauh ini lima saham tersebut lah yang layak dan mampu saya beli.
Kinerja portofolio vs. IHSG
Dan kembali ke pertanyaan awal, bagaimana kinerja portofolio saya di bulan April - Juni ini? Bagaimana dampak "sell on may" terhadap portofolio saya? Mari kita lihat tabel dan grafik berikut.
Seperti yang terlihat pada tabel dan grafik, portofolio saya menungguli IHSG sampai bulan April 2017. Nilai Aset Bersih/Net Asset Value (NAB/NAV) portofolio saya bertumbuh 9,2% dari Rp. 1.000,- di awal tahun menjadi Rp. 1.091,71 di bulan April. Namun, NAV portofolio saya menurun menjadi Rp. 1.047,10 di bulan Mei lalu naik sedikit menjadi Rp. 1.057,98 di penutupan bulan Juni lalu sehingga pertumbuhan portofolio sejak awal tahun hingga 22 Juni 2017 (YTD) adalah sebesar 5,8%. Sedangkan IHSG tumbuh sebesar 9,8% (YTD).
Untuk saat ini kinerja saya masih kalah terhadap kinerja pasar. IHSG terus mencetak rekor all time high tetapi portofolio saya justru terkena dampak sell on may. Tapi tidak masalah karena kekalahan ini hanyalah sementara, hehehe.. Yang terpenting adalah saya bisa menghasilkan pertumbuhan portofolio yang memuaskan dalam jangka panjang. Dan yang lebih penting lagi, saya telah berhasil menabung uang saya secara konsisten untuk berinvestasi saham dan itu akan saya pertahankan. Penambahan jumlah modal akan saya lakukan secara konsisten dan semoga saya mendapatkan pertumbuhan modal yang memuaskan di masa depan sehingga saya bisa mencapai apa yang saya cita-citakan, Salah satunya membeli rumah di Meikarta. Nabung sahamnya dulu lah, baru beli produknya.
Oke sekian untuk tulisan kali ini. Semoga bermanfaat dan silahkan isi kolom komentar di bawah jika anda ingin memberi saran, kesan, dan pesan untuk saya. Seperti itulah portofolio saya. Tidak peduli apakah saat ini saya sedang underperform atau outperform, saya akan terus berpegang pada prinsip investasi yang saya yakini.
Terima kasih.
Comments
Post a Comment