Portofolio Saya : Masih Belajar Memilih Saham


Halo sahabat pembaca setia blog Investment Student. Kembali lagi saya menulis artikel yang anda tunggu-tunggu (mungkin? hehe). Saya akan membahas kembali cerita tentang portofolio saya. Akhir-akhir ini saya sangat jarang menulis artikel di blog ini karena sibuk kerja alias 'nguli' jadi supir online dan hanya punya sedikit waktu luang. Ya kondisi saya saat ini masih jauh dari kondisi yang saya harapkan yaitu financial freedom. Modal investasi saya tidak lebih besar dari harga HP standar. Maka dari itu saya masih terus bekerja keras mendapatkan active income dan semoga saja suatu saat modal investasi saya terus bertambah dan bertumbuh hingga bisa mengandalkan passive income dan bisa mencapai financial freedom. Amiin.

Dengan sedikit waktu luang ini, saya ingin berbagi kepada teman-teman tentang pengalaman saya dalam berinvestasi saham. Entah itu pengalaman rugi ataupun untung ketika berinvestasi saham, saya ingin berbagi cerita agar teman-teman juga bisa memberi saran kepada saya. Entah itu rugi atau untung, saya akan terus menerus belajar agar bisa menjadi investor sukses seperti Warren Buffet. Dan bertahan dalam segala keadaan itu penting, seperti kata Louis Zebel dalam film Wall Street 2,"Good day I'm okay, bad day I'm okay". Jadi tetaplah berbahagia dan terus menerus belajar bagaimanapun keadaan saat ini.


Kinerja Portofolio vs. IHSG
Seperti biasa saya akan membandingkan bagaimana kinerja portofolio saya dengan IHSG. Situasi di tahun 2018 ini bisa dibilang agak mengkhawatirkan. Beberapa orang mengatakan bahwa IHSG dan ekonomi secara umum akan mengalami penurunan dan bahkan krisis. Pada kenyataannya banyak saham-saham di bursa yang sudah overvalued dan mungkin IHSG bisa bearish karena valuasi yang sudah overvalued tersebut. Namun masih ada juga saham-saham yang masih undervalued. Jadi, saya pribadi tidak tau apakah IHSG akan bearish atau bullish di tahun ini. Saya tetap belajar untuk memilih saham dan akan saya beli saham-saham yang menjadi pilihan saya.


Sejak awal tahun hingga maret saya hanya memegang saham MBAP dan harganya sempat naik tinggi dan mendorong pertumbuhan portofolio saya hampir 40% secara YTD (year to date) di bulan Februari. Lalu saya menjual saham MBAP dan membeli beberapa saham lain karena beberapa alasan. Dan pada akhir Maret portofolio saya bertumbuh 29,8% secara YTD tapi turun -4,5% dari bulan Februari ke bulan Maret. Tapi jika dibandingkan IHSG saya sangat beruntung masih bisa mencetak pertumbuhan positif jika dibandingkan IHSG yang turun -2,6% secara YTD.


Kebetulan saya baru saja menonton video Talks at Google yang menghadirkan Howard Marks, penulis buku "The Most Important Things" dan pada awal pembicaraan dia menjelaskan salah satu buku yang menginspirasinya yaitu,"Fooled by Randomness" karya Nassim Nicholas Taleb. Intinya adalah banyak hal yang random atau acak dalam investasi. Tidak seperti ilmu fisika, kimia, dan ilmu sains lainnya yang semua halnya adalah pasti, dunia investasi penuh dengan ketidakpastian. Kenyataan yang terjadi di pasar sering tidak sesuai dengan harapan kita. Orang yang sudah melakukan analisa secara mendalam dan memilih saham dengan sangat hati-hati belum tentu dia mencetak keuntungan yang besar. Orang yang asal memilih saham bisa saja mendapatkan keuntungan tinggi. Itu karena banyaknya hal acak dan ketidakpastian di pasar. Orang yang mencetak pertumbuhan portofolio yang tinggi di tahun ini belum tentu mencetak pertumbuhan yang tinggi lagi di tahun depan. Itu adalah penjelasan dari Howard Marks pada video tersebut. Tingginya pertumbuhan portofolio saya saat ini mungkin hanya bagian dari randomness tersebut.

Saham-saham pilihan
Pada artikel cerita portofolio saya sebelumnya (di sini) saya mengatakan bahwa ada empat saham yang menjadi pilihan saya, yaitu EKAD, MBAP, PTPP, dan KBLI. Dan saat ini ada tambahan dua saham pilihan yaitu MTLA dan TOTL. Tapi saya justru baru membeli dua saham tersebut dan dua saham lainnya yaitu FREN dan LRNA saya beli 1 lot hanya agar bisa ikut RUPS karena saya penasaran, mereka mencetak kerugian padahal produk dan jasanya cukup bagus kualitasnya, apalagi saya pelanggan setia Smartfren.


Alasan saya melepas MBAP dan membeli MTLA dan TOTL adalah karena saya lebih memahami bisnis MTLA dan TOTL dibandingkan bisnis MBAP. Ya walaupun saya juga belum terlalu paham secara mendalam tentang bisnis properti dan konstruksi, tapi pemahaman saya tentang dua bisnis tersebut lebih baik daripada pemahaman saya tentang bisnis pertambangan. Mungkin secara keuangan dan valuasi MBAP jauh lebih bagus dari MTLA dan TOTL. ROE MBAP sangat tinggi dan PER lebih rendah dari MTLA dan TOTL. Tapi secara produk, saya lebih paham produk MTLA dan TOTL karena saya sering melihat produknya secara langsung dibandingkan produk MBAP. Mungkin MBAP memiliki produk batubara yang berkualitas tinggi seperti yang dijelaskan dalam laporan tahunannya, tapi saya tidak pernah melihat secara langsung batubara yang diproduksi oleh MBAP. Sedangkan saya sering melihat secara langsung perumahan Metland Tambun dan Mall Grand Metropolitan di Bekasi milik MTLA. Dan saya sering melewati proyek yang sudah dibangun oleh TOTL seperti MNC Tower, Central Park, Wisma GKBI, dan proyek lainnya yang sedang dibangun.

Mall Grand Metropolitan Bekasi milik MTLA
Itulah mengapa saya lebih memilih MTLA dan TOTL karena saya terlebih dahulu membeli saham yang bisnisnya lebih saya pahami. Walaupun saya melepas MBAP, bukan berarti MBAP itu jelek. MBAP masih merupakan salah satu pilihan saya, dan saham lain seperti EKAD, KBLI, dan PTPP juga merupakan saham-saham yang saya pilih untuk masuk ke dalam portofolio saya. Tapi karena modal saya masih belum cukup untuk membeli saham-saham tersebut maka saya beli dulu saham yang lebih saya pahami bisnisnya. Jika modal saya sudah bertambah lebih besar mungkin semua saham yang menjadi pilihan saya bisa saya masukkan ke dalam portofolio.


Central Park, proyek yang dibangun TOTL
Untuk mengetahui lebih jelas tentang TOTL, beberapa hari yang lalu saya membuat artikel analisa TOTL dalam format PDF. Artikel tersebut terdapat di Channel Telegram Indostock Research. Silahkan kunjungi Channel Indostock Research dan silahakan subscribe apabila ingin melihat artikel-artikel lainnya yang akan diterbitkan oleh kami.

Berbicara tentang pemilihan saham, jika anda mengikuti cerita portofolio saya dari awal sampai sekarang, bisa dibilang saya masih agak labil dalam memilih saham. Saya masih cukup sering gonta-ganti saham hingga saat ini. Ya itu karena memang saya masih belajar memilih saham. Pada saat awal-awal memilih saham saya hanya fokus memilih saham yang memiliki ROE tinggi dan valuasinya murah secara PER dan PBV, maka saat itu saya memilih saham SMSM. Lalu semakin berkembang saya memilih saham dengan menggunakan rasio-rasio keuangan lainnya dan memilih saham seperti IBST, LPCK, EKAD dan lain-lain. Selanjutnya berkembang lagi saya mempertimbangkan sisi kualitatif dalam memilih saham, bagaimana prospek bisnisnya, bagaimana kompetensi dan integritas manajemen, dan sebagainya. Dan belakangan ini saya fokus untuk memahami keunggulan kompetitif dari perusahaan. Seperti itulah proses pembelajaran saya dalam memilih saham dan saat ini masih terus belajar sampai kapanpun. Semoga saja suatu saat kemampuan saya dalam memilih saham sudah matang dan memiliki gaya tersendiri dalam memilih saham.


Tapi hal yang terpenting yang saya pahami sejak awal berinvestasi adalah saya harus melakukan analisa secara mendalam dan hanya membeli saham apabila sudah benar-benar yakin bahwa saham tersebut bagus. Dan saya selalu mempraktekkan hal tersebut. Tidak ada saham jelek yang pernah saya beli. Tidak ada saham yang saya beli karena ikut-ikutan. Tidak ada saham yang saya pilih dengan mata tertutup. Saya selalu melakukan analisa secara mendalam terhadap saham-saham yang saya beli. Hanya saja ilmu dalam menganalisa saham terus saya kembangkan sejak awal sampai sekarang. Saya harap teman-teman pembaca yang baru memulai berinvestasi saham tidak asal membeli saham dan tidak membeli saham hanya karena ikut-ikutan.

Jika anda belum paham sama sekali tentang investasi saham, ada baiknya anda membaca dulu buku tentang investasi saham. Ada beberapa buku yang bagus dibaca untuk pemula yang baru mulai berinvestasi saham, yaitu "How to be A Smiling Investor" karya Lukas Setiaatmadja,"Yuk Nabung Saham" karya Nicky Hogan, dan "Value Investing" karya Teguh Hidayat. Tiga buku tersebut adalah karya penulis Indonesia, bahasanya cukup mudah untuk dipahami, dan dapat anda beli di toko buku atau secara online. Jika sudah membaca buku tersebut anda bisa melakukan analisa saham secara sederhana. Anda bisa langsung praktekkan memilih saham berdasarkan kriteria ROE, DER, PER, PBV dan sebagainya lalu membelinya. Lalu sambil praktek berinvestasi saham, anda bisa terus belajar dan membaca buku saham lainnya seperti "One Up on Wall Street" karya Peter Lynch,"The Intelligent Investor" karya Benjamin Graham, dan "Common Stocks Uncommon Profits" karya Phillip Fisher.


Cukup sekian artikel kali ini, saya ingin mengucapkan selamat belajar terus menerus kepada teman-teman pembaca blog ini. Selalu semangat belajar apapun yang terjadi karena tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa belajar. Semoga apa yang saya sampaikan melalui blog ini bisa bermanfaat sebagai salah satu referensi belajar anda. Dan silahkan berikan pertanyaan, kritik dan saran kepada saya melalui kolom komentar, melalui kontak saya yang ada di pojok kanan atas, atau bisa kirim email kepada saya nakulapanji@gmail.com.

Terima kasih.

Comments

  1. Mantab Artikel nya Mas Panji,
    saya juga pegang TOTL karena track record nya baik sebagai kontraktor swasta bangunan tinggi kualitas A, dan ROE nya yg stabil di atas 20%

    saham lain yg saya pegang MAIN , bisnis poultry , bisnis sempat turun karena raw material jagung wajib lokal namun Q1 2018 revenue mulai recover dan harga sahamnya blom rebound
    Thanks
    Manto

    ReplyDelete

Post a Comment