Analisa Fundamental PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk.
![]() |
Landmark Pluit |
Emiten ini adalah salah satu perusahaan konstruksi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), saudara dari PT. Waskita Karya (Persero), Tbk. (WSKT), PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. (WIKA), dan PT. Adhi Karya (Persero), Tbk. (ADHI). Perusahaan ini tidak hanya sekadar membangun proyek-proyek, tetapi juga memiliki anak usaha yang bergerak di bidang properti, energi, urban, presisi dan lain sebagainya. Di logo perusahaan ini pun terdapat tulisan "Construction & Investment". Mungkin kita pernah beberapa kali melihat logo ini dalam sebuah proyek.
Tentu saja investasi yang dilakukan oleh PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk. (PTPP) ini berkaitan dengan bidangnya. Nama perusahaan ini Pembangunan Perumahaan, tapi bukan hanya perumahan saja yang dibangun, proyeknya bermacam - macam, mulai dari gedung perkantoran, apartemen, sampai pembangkit listrik. Untuk informasi lebih lengkap mengenai PTPP silahkan kunjungi Website PTPP.
Model bisnis : konstruksi bangunan
Perusahaan ini bergerak di bidang konstruksi bangunan. Dan tidak hanya membangun infrastruktur seperti jembatan, jalan tol, dan lain-lain, perusahaan ini juga bergerak di bidang properti, energi, dan lain-lain yang masih dalam lingkup bisnisnya. Namun tentu yang menjadi bisnis utama adalah pembangunan infrastruktur. Dan sama seperti saudaranya, PTPP juga mendapatkan banyak proyek-proyek dari pemerintah yang sedang melakukan banyak pembangunan infrastruktur dimana-mana. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya pendapatan dan laba perusahaan.
Bisnis konstruksi bangunan ini memiliki prospek yang bagus karena pembangunan infrastruktur di Indonesia masih minim dan pemerintah harus senantiasa mengembangkan infrastruktur tersebut. Presiden Jokowi fokus pada pembangunan infratruktur yang cepat dan merata mulai dari sabang sampai merauke. Ya jelas Pak Jokowi melakukan hal tersebut karena memang itu yang dibutuhkan. Tidak heran biaya hidup di Papua lebih mahal karena infrastruktur masih kurang bagus di sana. Oleh karena itu, jelas, pembangunan infrastruktur yang cepat dan merata harus dilakukan agar bisa memajukan ekonomi.
Tapi sebentar lagi akan datang masa Pemilu, bagaimana kalau Presiden Jokowi tidak melanjutkan jabatannya menjadi Presiden? Pembangunan infrastruktur akan melambat? Kalau urusan politik saya tidak paham. Tapi yang jelas Indonesia memang butuh percepatan pembangunan infrastruktur dan siapapun Presiden yang akan terpilih pada Pemilu 2019, saya yakin beliau akan memikirkan pembangunan infrastruktur juga dan itu memang harus dilakukan. Dan sampai kapanpun pembangunan infrastruktur akan terus dilakukan, oleh karena itu dalam jangka panjang perusahaan ini memiliki prospek yang bagus dan akan terus bertumbuh dengan baik.
Lalu, untuk PTPP sendiri, selama bertahun-tahun perusahaan ini telah mencatatkan kinerja yang baik. Pertumbuhan pendapatan dan laba serta ROE yang tinggi dan konsisten. Dan bagusnya lagi, PTPP selalu mencatatkan arus kas operasi yang positif tiap tahunnya. Tiap awal sampai kuartal ketiga di tiap tahunnya PTPP masih mencatatkan arus kas operasi yang negatif, tapi selalu ditutup dengan arus kas positif di akhir tahun. Konsistensi dalam kinerja dan arus kas positif yang dicapai oleh PTPP ini yang membuat saya tertarik.
Namun, tahun ini saudara PTPP yaitu WSKT memiliki kinerja yang lebih fantastis. Pertumbuhan laba WSKT jauh lebih tinggi dari PTPP di tahun ini. Proyek-proyek yang dikerjakan WSKT lebih besar dan bergengsi. Marjin laba dan ROE WSKT pun lebih tinggi dari PTPP. Tapi sayangnya arus kas operasi WSKT jauh lebih negatif dari PTPP. Hutang WSKT pun juga lebih tinggi. Mungkin itu merupakan hal yang wajar karena selain WSKT dan PTPP memiliki sistem pembayaran yang berbeda, WSKT memang dibanjiri banyak proyek tahun ini sehingga harus banyak membiayai proyek-proyek tersebut dan dibayar belakangan (semoga dibayar secepatnya).
Mungkin dari sisi profitabilitas WSKT menjanjikan keuntungan yang jauh lebih besar dari PTPP. Tetapi satu hal yang saya pelajari adalah kita sebaiknya mengambil risiko moderat/sedang-sedang saja. Itu diajarkan oleh dosen saya ketika kuliah dan praktik kewirausahaan. Memang semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi potensi keuntungan. Tetapi ketika kita tidak bisa mengendalikan risiko tersebut, maka bukan mendapat keuntungan tinggi, justru kita akan mendapatkan risiko yang tinggi tersebut. Jika anda paham betul bisnis konstruksi dan anda seorang risk taker, WSKT bisa menjadi pilihan yang bagus. Tapi saya pribadi lebih senang dengan PTPP karena sebenarnya saya tidak terlalu dalam pemahamannya tentang seluk beluk bisnis di bidang ini. Jadi, saya lebih memilih PTPP dengan arus kas operasi yang positif dan kinerja yang konsisten memiliki tingkat risiko moderat yang masih bisa saya terima.
Manajemen
Untuk manajemen perusahaan pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan saudara-saudaranya karena semuanya milik pemerintah. Tentunya kita percaya pemerintah akan terus memajukan perusahaan-perusahaan yang dimilikinya. Karena dengan majunya perusahaan-perusahaan BUMN maka akan semakin meningkatkan pendapatan untuk negara. Tapi secara khusus, pimpinan dari masing-masing perusahaan memiliki gaya tersendiri dalam memimpin perusahaannya.
Jika kita lihat dari rekam jejak selama beberapa tahun ke belakang, pimpinan WSKT dan PTPP memiliki gaya tersendiri dalam menjalankan perusahaan. Saya tidak terlalu paham secara detail bagaimana karakter dari masing-masing pimpinan. Tetapi jika dilihat dari kinerjanya, Direktur Utama WSKT, M. Choliq mungkin adalah seorang risk taker dan agresif. Proyek-proyek yang dikerjakannya bersifat turn key alias dibayar belakangan. Mungkin beliau berfikir, "yang penting dapet proyek banyak, urusan pembayaran bisa dipikir belakangan". Jadi, tidak heran kenapa WSKT mendapatkan banyak proyek, karena pemerintah senang bisa bayar belakangan. Dan uniknya, beliau juga memiliki saham WSKT dan beberapa kali menambah jumlah kepemilikan sahamnya.
Sementara Direktur PTPP, Tumiyana mungkin adalah seorang yang semi-agresif dan lebih berhati-hati. Proyek-proyek yang dikerjakannya tidak semua bersifat turn key dan tiap akhir tahun arus kas operasi selalu positif. Mungkin beliau berfikir, "kita harus konsisten mencetak kinerja yang lebih baik dan tetap menjaga kesehatan keuangan". Ya mungkin saja seperti itu, itu hanya imajinasi saya saja (entah fakta yang sebenarnya gimana, tapi mungkin intinya kurang lebih seperti itu) karena memang PTPP beberapa tahun ke belakang memiliki kinerja yang konsisten dengan arus kas operasi yang positif, sementara WSKT lebih agresif namun arus kas operasi negatif. Tapi kesamaan dari keduanya adalah mereka bergantung pada APBN karena proyek-proyek yang dikerjakan kebanyakan adalah proyek pemerintah.
Dan hal yang menarik lagi dari PTPP adalah informasi yang disampaikan pada Laporan Tahunan sangat bagus. Informasi yang disampaikan mulai dari kinerja keuangan, GCG, SDM, sampai CSR disampaikan dengan baik dan terbuka. Kinerja keuangan disampaikan dengan cukup mendetail. Di situ juga ada informasi mengenai perkembangan penilaian GCG, produktivitas SDM, dan juga rating pefindo dari tahun ke tahun yang semakin membaik. Mungkin itu hanya sekadar informasi sederhana yang tidak bisa menjadi patokan utama untuk menentukan apakah PTPP ini bagus atau tidak. Tapi informasi yang terbuka dan cukup mendetail tersebut menunjukkan bahwa manajemen memiliki intergritas yang baik.
Ya seperti itu kira-kira bagaimana manajemen PTPP. Namun ini hanya opini saya yang bersumber dari laporan tahunan. Karena untuk penilaian manajemen ini bersifat subjektif dan tidak mutlak. Semua manajemen pastinya memiliki kompetensi yang bagus. Dan selama tidak pernah terkena kasus tertentu dan terbukti bersalah, setiap manajemen memiliki integritas yang tinggi. Selanjutnya, mari kita bahas bagian yang objektif dan berdasarkan perhitungan.
Kinerja perusahaan
Berikut adalah bagaimana kinerja keuangan PTPP dari tahun 2011 sampai tahun 2016 yang datanya diambil dari laporan keuangan PTPP dari tahun 2011 sampai tahun 2016.
Yang pertama mari kita lihat bagaimana tingkat pertumbuhan, profitabilitas, dan efisiensi perusahaan.
Bisa kita lihat PTPP memiliki pertumbuhan laba yang bagus dengan Compunded Annual Growth Rate (CAGR) pertumbuhan laba dari tahun 2011 sampai 2016 sebesar 43,7% dan tingkat konsistensi pertumbuhan laba tersebut sebesar 94% yang artinya memang sangat konsisten dan tidak fluktuatif. Pertumbuhan penjualannya pun juga tinggi dan sangat konsisten dengan tingkat CAGR sebesar 27,5% dan tingkat konsistensi sebesar 97,6%. Ini adalah salah satu ciri perusahaan yang bagus. Tidak hanya memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi tetapi juga konsisten. Dengan tingkat konsistensi yang tinggi maka di masa yang akan datang tingkat pertumbuhan laba yang terus bisa dipertahankan dan bisa lebih mudah kita prediksi.
Dan tingkat profitabilitas atau kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan pun cukup bagus. Tingkat pengembalian modal alias ROE rata-rata di atas 15%, hanya saja di tahun 2016 ROE menjadi 12,8% karena mendapat tambahan modal dari Penyertaan Modal Negara (PMN). Sementara apabila dihitung dengan menggunakan ROE Clean Surplus dengan asumsi tidak ada tambahan modal, maka didapatkan ROE sebesar 32,2%.
Tingkat marjin PTPP cukup kecil. Marjin kotor sebesar 14,9% dan marjin bersih sebesar 6,2%. Memang rata-rata perusahaan konstruksi memiliki marjin yang kecil di bawah 10%. Tapi tidak masalah marjin kecil apabila tingkat penjualan tinggi dan terus meningkat. Dan bisa kita lihat ada peningkatan marjin PTPP dari tahun 2011 sampai tahun 2016. Itu berarti selain penjualan meningkat, PTPP dapat menekan biaya sehingga keuntungan yang didapatkan semakin besar.
Selanjutnya kita lihat rasio likuiditas dan rasio hutang perusahaan.
Rasio kas PTPP yang sebesar 0,57 menunjukkan bahwa hutang jangka pendek lebih besar dari uang kas yang dimiliki PTPP. Uang kas cukup untuk membayar 57% hutang jangka pendek. Bisa dibilang ini kurang bagus karena hutang jangka pendek cukup banyak dan belum bisa ditutup dengan uang kas yang ada. Tapi dilihat dari rasio lancar sebesar 1,53 menunjukkan bahwa aset lancar dapat menutupi hutang jangka pendek. Jadi rasio likuiditas PTPP masih cukup bagus walaupun pas-pasan.
Sementara PTPP memiliki rasio total hutang dibanding total ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi sebesar 1,89. Artinya jumlah hutang perusahaan dua kali lipat dari jumlah ekuitas. Ini bisa dibilang kurang bagus. Mirip seperti WSKT, perusahaan konstruksi memang rata-rata memiliki hutang yang lumayan besar karena banyak proyek yang bersifat turn key sehingga apabila tidak memiliki cukup kas, maka perusahaan harus berhutang untuk membiayai proyek-proyek yang sedang dikerjakan. Tapi apabila arus kas perusahaan terus tersendat dan terus menambah hutang, ini akan semakin berisiko untuk perusahaan.
Lalu mari kita lihat kondisi arus kas PTPP.
PTPP selalu mendapatkan arus kas operasi positif di tiap tahun. Ini merupakan hal yang bagus karena dengan lancarnya arus kas operasi maka akan melancarkan kegiatan operasional berikutnya. Lalu arus kas untuk investasi/belanja modal PTPP meningkat banyak di tahun 2016. Ini bisa merupakan hal yang bagus karena dengan belanja modal yang banyak, perusahaan mendapatkan aset-aset produktif baru yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Sementara dari sisi arus kas untuk pendanaan atau pembayaran/perolehan hutang, PTPP memperoleh hutang cukup banyak. Jika kita lihat sebelumnya rasio kas yang kecil itu merupakan penyebab dari bertambahnya hutang PTPP karena memang uang kas yang ada tidak cukup untuk membiayai semua proyek yang dikerjakan sehingga harus menambah hutang. Jadi, arus kas PTPP agak berisiko dengan terus bertambahnya hutang namun masih aman karena arus kas operasi yang positif.
Perkembangan di tahun 2017
Kurang pas rasanya kalo kita membahas hanya sampai kinerja di tahun 2016. Selanjutnya kita bahas sedikit bagaimana kondisi PTPP di tahun 2017.
Berdasarkan laporan keuangan PTPP pada Q3 tahun 2017. PTPP berhasil meningkatkan pendapatannya sebesar 28,9% dibanding Q3 tahun 2016. Sementara laba bersihnya meningkat sebesar 54,2% dibanding Q3 tahun 2016. Lalu marjin bersih pada Q3 2017 adalah sebesar 7,4% dan ROE sebesar 13,9%. Ini menunjukkan kinerja PTPP yang semakin membaik di tahun 2017 dengan peningkatan laba bersih yang bagus dan juga profitabilitas meningkat.
Untuk rasio lancar di Q3 2017 sebesar 1,55 tidak jauh berbeda dengan Q3 2016. Sementara rasio hutang atau DER meningkat menjadi 2,19. Lalu arus kas pada Q3 2017 masih minus Rp. 1,5 Triliyun, namun minusnya ini masih lebih kecil dibandingkan dengan Q3 2016 yang minus sebesar Rp. 1,7 Triliyun. Kemungkinan besar di akhir tahun PTPP akan mendapatkan arus kas operasi yang positif.
Pembagian dividen
Sama seperti perusahaan BUMN lainnya, dividen selalu dibagikan tiap tahun dengan rasio pembayaran sebesar 20% - 30% dari laba bersih. Ini cukup bagus karena selain mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham, kita juga bisa mendapatkan dividen tiap tahun dari perusahaan ini. Apalagi jika laba bersih terus menerus meningkat dan dividen yang dibagikan terus meningkat, jika dipegang dalam jangka panjang, maka rasio dividen akan semakin besar dibandingkan dengan harga saham ketika kita beli sahamnya. Jika dilihat dari konsistensi pertumbuhan laba bersih selama beberapa tahun terakhir, kemungkinan besar dividen yang dibagikan akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan laba bersih.
Valuasi
Tahun 2017 ini cukup unik karena harga saham perusahaan konstruksi rata-rata mengalami penurunan yang cukup drastis. Untuk PTPP sendiri harganya turun dari sekitar RP. 3.800,- di awal tahun menjadi sekitar Rp. 2.500,- saat ini. Padahal laba bersih per saham (EPS) meningkat tajam. Mari kita lihat apakah harga saham PTPP sudah cukup undervalued apa belum.
Berdasarkan valuasi DCF, harga wajar dengan asumsi normal adalah sebesar Rp. 2.280,-. Dan dengan asumsi optimis harga wajarnya sebesar Rp. 2.880,-. Ini berarti harga saham saat ini masih pada batas wajarnya, tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan harga wajar valuasi DCF. Dan jika dibandingkan dengan valuasi formula Graham, harga saham saat ini cukup undervalued dengan diskon 30% sampai 70%. Lalu rasio PEG sebesar 0,34 dengan asumsi tingkat pertumbuhan EPS sebesar 40%. Rasio tersebut menunjukkan bahwa harga saham PTPP saat ini masih murah jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan EPSnya.
Lalu di tabel yang bawah ada valuasi Clean Surplus. Valuasi tersebut menunjukkan bahwa harga saham PTPP dalam 5 tahun diprediksi akan meningkat sebesar 148% dan dalam 10 tahun akan meningkat sebesar 491% apabila variabel-variabel di masa yang akan datang sama atau mirip dengan asumsi variabel di tabel tersebut. Dengan tingkat konsistensi PTPP yang tinggi, kemungkinan besar peningkatan harga saham tersbut bisa tercapai.
Walaupun belum cukup undervalued, valuasi saham PTPP ini cukup menarik mengingat perusahaan ini termasuk dalam kategori growth stock dengan tingkat konsistensi pertumbuhan yang tinggi. Saham growth stock biasanya dihargai mahal, salah satu contohnya adalah UNVR yang walaupun valuasinya sudah mahal, harga sahamnya terus naik. Mungkin ini kesempatan untuk membeli saham growth stock dengan valuasi harga saham yang wajar.
Rumus sakti
Berdasarkan rumus sakti Joel Greenblatt, PTPP memiliki Earning's Yield (EY) sebesar 9,2% dan Return on Capital (ROC) sebesar 13,4%. Rasio tersebut cukup bagus karena di atas bunga deposito. Namun belum cukup tinggi karena tidak termasuk di peringkat teratas. PTPP ini termasuk kelompok menengah. Jadi saham ini masih lumayan bagus berdasarkan perhitungan rumus sakti.
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya adalah sebagai berikut.
![]() |
PLTG Jayapura Kendari 100 MW |
Tapi sebentar lagi akan datang masa Pemilu, bagaimana kalau Presiden Jokowi tidak melanjutkan jabatannya menjadi Presiden? Pembangunan infrastruktur akan melambat? Kalau urusan politik saya tidak paham. Tapi yang jelas Indonesia memang butuh percepatan pembangunan infrastruktur dan siapapun Presiden yang akan terpilih pada Pemilu 2019, saya yakin beliau akan memikirkan pembangunan infrastruktur juga dan itu memang harus dilakukan. Dan sampai kapanpun pembangunan infrastruktur akan terus dilakukan, oleh karena itu dalam jangka panjang perusahaan ini memiliki prospek yang bagus dan akan terus bertumbuh dengan baik.
Lalu, untuk PTPP sendiri, selama bertahun-tahun perusahaan ini telah mencatatkan kinerja yang baik. Pertumbuhan pendapatan dan laba serta ROE yang tinggi dan konsisten. Dan bagusnya lagi, PTPP selalu mencatatkan arus kas operasi yang positif tiap tahunnya. Tiap awal sampai kuartal ketiga di tiap tahunnya PTPP masih mencatatkan arus kas operasi yang negatif, tapi selalu ditutup dengan arus kas positif di akhir tahun. Konsistensi dalam kinerja dan arus kas positif yang dicapai oleh PTPP ini yang membuat saya tertarik.
![]() |
Jembatan Siak, Riau |
Mungkin dari sisi profitabilitas WSKT menjanjikan keuntungan yang jauh lebih besar dari PTPP. Tetapi satu hal yang saya pelajari adalah kita sebaiknya mengambil risiko moderat/sedang-sedang saja. Itu diajarkan oleh dosen saya ketika kuliah dan praktik kewirausahaan. Memang semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi potensi keuntungan. Tetapi ketika kita tidak bisa mengendalikan risiko tersebut, maka bukan mendapat keuntungan tinggi, justru kita akan mendapatkan risiko yang tinggi tersebut. Jika anda paham betul bisnis konstruksi dan anda seorang risk taker, WSKT bisa menjadi pilihan yang bagus. Tapi saya pribadi lebih senang dengan PTPP karena sebenarnya saya tidak terlalu dalam pemahamannya tentang seluk beluk bisnis di bidang ini. Jadi, saya lebih memilih PTPP dengan arus kas operasi yang positif dan kinerja yang konsisten memiliki tingkat risiko moderat yang masih bisa saya terima.
Manajemen
Untuk manajemen perusahaan pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan saudara-saudaranya karena semuanya milik pemerintah. Tentunya kita percaya pemerintah akan terus memajukan perusahaan-perusahaan yang dimilikinya. Karena dengan majunya perusahaan-perusahaan BUMN maka akan semakin meningkatkan pendapatan untuk negara. Tapi secara khusus, pimpinan dari masing-masing perusahaan memiliki gaya tersendiri dalam memimpin perusahaannya.
Jika kita lihat dari rekam jejak selama beberapa tahun ke belakang, pimpinan WSKT dan PTPP memiliki gaya tersendiri dalam menjalankan perusahaan. Saya tidak terlalu paham secara detail bagaimana karakter dari masing-masing pimpinan. Tetapi jika dilihat dari kinerjanya, Direktur Utama WSKT, M. Choliq mungkin adalah seorang risk taker dan agresif. Proyek-proyek yang dikerjakannya bersifat turn key alias dibayar belakangan. Mungkin beliau berfikir, "yang penting dapet proyek banyak, urusan pembayaran bisa dipikir belakangan". Jadi, tidak heran kenapa WSKT mendapatkan banyak proyek, karena pemerintah senang bisa bayar belakangan. Dan uniknya, beliau juga memiliki saham WSKT dan beberapa kali menambah jumlah kepemilikan sahamnya.
Sementara Direktur PTPP, Tumiyana mungkin adalah seorang yang semi-agresif dan lebih berhati-hati. Proyek-proyek yang dikerjakannya tidak semua bersifat turn key dan tiap akhir tahun arus kas operasi selalu positif. Mungkin beliau berfikir, "kita harus konsisten mencetak kinerja yang lebih baik dan tetap menjaga kesehatan keuangan". Ya mungkin saja seperti itu, itu hanya imajinasi saya saja (entah fakta yang sebenarnya gimana, tapi mungkin intinya kurang lebih seperti itu) karena memang PTPP beberapa tahun ke belakang memiliki kinerja yang konsisten dengan arus kas operasi yang positif, sementara WSKT lebih agresif namun arus kas operasi negatif. Tapi kesamaan dari keduanya adalah mereka bergantung pada APBN karena proyek-proyek yang dikerjakan kebanyakan adalah proyek pemerintah.
![]() |
Dirut PTPP menerima penghargaan Most Admired CEO in Construction 2017 |
Ya seperti itu kira-kira bagaimana manajemen PTPP. Namun ini hanya opini saya yang bersumber dari laporan tahunan. Karena untuk penilaian manajemen ini bersifat subjektif dan tidak mutlak. Semua manajemen pastinya memiliki kompetensi yang bagus. Dan selama tidak pernah terkena kasus tertentu dan terbukti bersalah, setiap manajemen memiliki integritas yang tinggi. Selanjutnya, mari kita bahas bagian yang objektif dan berdasarkan perhitungan.
Kinerja perusahaan
Berikut adalah bagaimana kinerja keuangan PTPP dari tahun 2011 sampai tahun 2016 yang datanya diambil dari laporan keuangan PTPP dari tahun 2011 sampai tahun 2016.
Yang pertama mari kita lihat bagaimana tingkat pertumbuhan, profitabilitas, dan efisiensi perusahaan.
Bisa kita lihat PTPP memiliki pertumbuhan laba yang bagus dengan Compunded Annual Growth Rate (CAGR) pertumbuhan laba dari tahun 2011 sampai 2016 sebesar 43,7% dan tingkat konsistensi pertumbuhan laba tersebut sebesar 94% yang artinya memang sangat konsisten dan tidak fluktuatif. Pertumbuhan penjualannya pun juga tinggi dan sangat konsisten dengan tingkat CAGR sebesar 27,5% dan tingkat konsistensi sebesar 97,6%. Ini adalah salah satu ciri perusahaan yang bagus. Tidak hanya memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi tetapi juga konsisten. Dengan tingkat konsistensi yang tinggi maka di masa yang akan datang tingkat pertumbuhan laba yang terus bisa dipertahankan dan bisa lebih mudah kita prediksi.
Dan tingkat profitabilitas atau kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan pun cukup bagus. Tingkat pengembalian modal alias ROE rata-rata di atas 15%, hanya saja di tahun 2016 ROE menjadi 12,8% karena mendapat tambahan modal dari Penyertaan Modal Negara (PMN). Sementara apabila dihitung dengan menggunakan ROE Clean Surplus dengan asumsi tidak ada tambahan modal, maka didapatkan ROE sebesar 32,2%.
Tingkat marjin PTPP cukup kecil. Marjin kotor sebesar 14,9% dan marjin bersih sebesar 6,2%. Memang rata-rata perusahaan konstruksi memiliki marjin yang kecil di bawah 10%. Tapi tidak masalah marjin kecil apabila tingkat penjualan tinggi dan terus meningkat. Dan bisa kita lihat ada peningkatan marjin PTPP dari tahun 2011 sampai tahun 2016. Itu berarti selain penjualan meningkat, PTPP dapat menekan biaya sehingga keuntungan yang didapatkan semakin besar.
Selanjutnya kita lihat rasio likuiditas dan rasio hutang perusahaan.
Rasio kas PTPP yang sebesar 0,57 menunjukkan bahwa hutang jangka pendek lebih besar dari uang kas yang dimiliki PTPP. Uang kas cukup untuk membayar 57% hutang jangka pendek. Bisa dibilang ini kurang bagus karena hutang jangka pendek cukup banyak dan belum bisa ditutup dengan uang kas yang ada. Tapi dilihat dari rasio lancar sebesar 1,53 menunjukkan bahwa aset lancar dapat menutupi hutang jangka pendek. Jadi rasio likuiditas PTPP masih cukup bagus walaupun pas-pasan.
Sementara PTPP memiliki rasio total hutang dibanding total ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi sebesar 1,89. Artinya jumlah hutang perusahaan dua kali lipat dari jumlah ekuitas. Ini bisa dibilang kurang bagus. Mirip seperti WSKT, perusahaan konstruksi memang rata-rata memiliki hutang yang lumayan besar karena banyak proyek yang bersifat turn key sehingga apabila tidak memiliki cukup kas, maka perusahaan harus berhutang untuk membiayai proyek-proyek yang sedang dikerjakan. Tapi apabila arus kas perusahaan terus tersendat dan terus menambah hutang, ini akan semakin berisiko untuk perusahaan.
Lalu mari kita lihat kondisi arus kas PTPP.
PTPP selalu mendapatkan arus kas operasi positif di tiap tahun. Ini merupakan hal yang bagus karena dengan lancarnya arus kas operasi maka akan melancarkan kegiatan operasional berikutnya. Lalu arus kas untuk investasi/belanja modal PTPP meningkat banyak di tahun 2016. Ini bisa merupakan hal yang bagus karena dengan belanja modal yang banyak, perusahaan mendapatkan aset-aset produktif baru yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Sementara dari sisi arus kas untuk pendanaan atau pembayaran/perolehan hutang, PTPP memperoleh hutang cukup banyak. Jika kita lihat sebelumnya rasio kas yang kecil itu merupakan penyebab dari bertambahnya hutang PTPP karena memang uang kas yang ada tidak cukup untuk membiayai semua proyek yang dikerjakan sehingga harus menambah hutang. Jadi, arus kas PTPP agak berisiko dengan terus bertambahnya hutang namun masih aman karena arus kas operasi yang positif.
Perkembangan di tahun 2017
Kurang pas rasanya kalo kita membahas hanya sampai kinerja di tahun 2016. Selanjutnya kita bahas sedikit bagaimana kondisi PTPP di tahun 2017.
![]() |
Kemang View Apartment |
Untuk rasio lancar di Q3 2017 sebesar 1,55 tidak jauh berbeda dengan Q3 2016. Sementara rasio hutang atau DER meningkat menjadi 2,19. Lalu arus kas pada Q3 2017 masih minus Rp. 1,5 Triliyun, namun minusnya ini masih lebih kecil dibandingkan dengan Q3 2016 yang minus sebesar Rp. 1,7 Triliyun. Kemungkinan besar di akhir tahun PTPP akan mendapatkan arus kas operasi yang positif.
Pembagian dividen
Sama seperti perusahaan BUMN lainnya, dividen selalu dibagikan tiap tahun dengan rasio pembayaran sebesar 20% - 30% dari laba bersih. Ini cukup bagus karena selain mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham, kita juga bisa mendapatkan dividen tiap tahun dari perusahaan ini. Apalagi jika laba bersih terus menerus meningkat dan dividen yang dibagikan terus meningkat, jika dipegang dalam jangka panjang, maka rasio dividen akan semakin besar dibandingkan dengan harga saham ketika kita beli sahamnya. Jika dilihat dari konsistensi pertumbuhan laba bersih selama beberapa tahun terakhir, kemungkinan besar dividen yang dibagikan akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan laba bersih.
Valuasi
Tahun 2017 ini cukup unik karena harga saham perusahaan konstruksi rata-rata mengalami penurunan yang cukup drastis. Untuk PTPP sendiri harganya turun dari sekitar RP. 3.800,- di awal tahun menjadi sekitar Rp. 2.500,- saat ini. Padahal laba bersih per saham (EPS) meningkat tajam. Mari kita lihat apakah harga saham PTPP sudah cukup undervalued apa belum.
Berdasarkan valuasi DCF, harga wajar dengan asumsi normal adalah sebesar Rp. 2.280,-. Dan dengan asumsi optimis harga wajarnya sebesar Rp. 2.880,-. Ini berarti harga saham saat ini masih pada batas wajarnya, tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan harga wajar valuasi DCF. Dan jika dibandingkan dengan valuasi formula Graham, harga saham saat ini cukup undervalued dengan diskon 30% sampai 70%. Lalu rasio PEG sebesar 0,34 dengan asumsi tingkat pertumbuhan EPS sebesar 40%. Rasio tersebut menunjukkan bahwa harga saham PTPP saat ini masih murah jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan EPSnya.
Lalu di tabel yang bawah ada valuasi Clean Surplus. Valuasi tersebut menunjukkan bahwa harga saham PTPP dalam 5 tahun diprediksi akan meningkat sebesar 148% dan dalam 10 tahun akan meningkat sebesar 491% apabila variabel-variabel di masa yang akan datang sama atau mirip dengan asumsi variabel di tabel tersebut. Dengan tingkat konsistensi PTPP yang tinggi, kemungkinan besar peningkatan harga saham tersbut bisa tercapai.
Walaupun belum cukup undervalued, valuasi saham PTPP ini cukup menarik mengingat perusahaan ini termasuk dalam kategori growth stock dengan tingkat konsistensi pertumbuhan yang tinggi. Saham growth stock biasanya dihargai mahal, salah satu contohnya adalah UNVR yang walaupun valuasinya sudah mahal, harga sahamnya terus naik. Mungkin ini kesempatan untuk membeli saham growth stock dengan valuasi harga saham yang wajar.
Rumus sakti
Berdasarkan rumus sakti Joel Greenblatt, PTPP memiliki Earning's Yield (EY) sebesar 9,2% dan Return on Capital (ROC) sebesar 13,4%. Rasio tersebut cukup bagus karena di atas bunga deposito. Namun belum cukup tinggi karena tidak termasuk di peringkat teratas. PTPP ini termasuk kelompok menengah. Jadi saham ini masih lumayan bagus berdasarkan perhitungan rumus sakti.
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya adalah sebagai berikut.
- Model bisnis yang bagus dan akan terus bertumbuh di masa depan. Proyek yang dikerjakan tidak semua bersifat turn key sehingga pendanaan proyek masih aman.
- Manajemen bersifat semi-agresif dan tetap hati-hati. Kinerja dan reputasi sudah tidak diragukan lagi.
- Pertumbuhan laba tinggi dan konsisten, marjin kecil tapi selalu meningkat setiap tahun. Posisi keuangan dan arus kas agak berisiko namun masih tergolong aman.
- Perusahaan selalu membagikan dividen sekitar 20% sampai 30% dari laba bersih. Arus kas selalu positif jadi pembagian dividen merupakan hal yang bagus.
- Perusahaan berada pada tingkat menengah berdasarkan rumus sakti.
Sekian untuk analisa fundamental kali ini. Perbandingan antara PTPP dan WSKT pada artikel ini hanyalah sekilas perbandingannya dan mungkin tidak lengkap. Untuk perbandingan 4 perusahaan BUMN konstruksi lebih lengkapnya, teman saya Timothy membahasnya dalam artikel ini : Komparasi BUMN konstruksi (ADHI vs PTPP vs WIKA vs WSKT). Artikel tersebut membahas lebih lengkap mengenai perbandingan 'empat sekawan' BUMN konstruksi.
![]() |
Grand Sungkono Lagoon, Surabaya |
Yang cukup mengherankan adalah laba bersih perusahaan konstruksi naik tapi harga sahamnya justru turun. Ini mungkin karena para investor khawatir dengan arus kas yang negatif. Dan ini bisa jadi merupakan kesempatan untuk membeli saham konstruksi. Karena memang beberapa tahun ke belakang valuasi saham-saham tersebut cukup mahal, dan saat ini valuasinya cukup menarik. Dan khusus PTPP ini, beberapa tahun ke belakang selalu menghasilkan arus kas operasi yang positif sehingga kemungkinan besar arus kas di tahun 2017 ini juga positif. Tapi pada dasarnya semua perusahaan konstruksi BUMN ini bagus semua dan memiliki prospek jangka panjang yang bagus, hanya saja masing-masing memiliki karakternya tersendiri.
Silahkan ambil keputusan berdasarkan analisa masing-masing. Artikel yang saya tulis ini hanya sebagai referensi saja dan bukan merupakan acuan utama dalam keputusan investasi anda. Silahkan berkomentar pada kolom komentar di bawah atau anda bisa hubungi saya di kontak yang ada di pojok kanan atas blog ini.
Terima kasih.
Mau bertanya, anda dapat data" fudamentalnya dri mana ya ?
ReplyDeleteData fundamental saya ambil dari Laporan Keuangan, Laporan Tahunan, dan Public Expose perusahaan. Semuanya tersedia di website perusahaan tersebut.
Delete